BIMA, iNews.id - Masyarakat Lambitu merupakan mayoritas petani. Taraf perkembangan perekonomian masyarakat setempat, sangatlah bergantung pada peningkatan hasil pertanian. Namun faktor pendukung dari sektor pertanian, tak lain adalah infrastruktur jalan yang memadai.
Hal itulah yang disampaikan masyarakat Lambitu ke pasangan Calon Bupati Bima dan Wakil Bupati Bima nomor urut 2, Muhammad Putera Ferryandi dan Rostiati (Yandi-Ros), saat blusukan pada Senin (14/10/2024).
Dari enam desa di Kecamatan Lambitu, Yandi-Ros mendapat keluhan yang sama dari masyarakat yang tinggal di atas puncak Kabupaten Bima itu.
"Kami berharap jika Dae Yandi dan Umi Ros terpilih, tolong masyarakat petani dibantu untuk dimudahkan mendapatkan pupuk dan bibit bawang putih," kata salah seorang tokoh masyarakat setempat.
Dimintanya pula, infrastruktur jalan raya yang saat ini telah rusak parah menjadi skala prioritas untuk diperbaiki. Sebab, jalan merupakan faktor utama untuk memperlancar pengangkutan hasil tani ketika musim panen.
Disisi lain, meski Lambitu berada di puncak gunung, kebutuhan akan air dapat teratasi dengan memanfaatkan sumber mata air dari atas pegunungan. Agar lebih tersalurkan secara merata, warga berharap jika Yandi-Ros menjadi Bupati dan Wakil Bupati Bima nantinya, bantuan mesin pompa air sangat dibutuhkan.
"Bantuan mesin pompa air itu sangatlah kami harapkan," ungkap warga.
Menjawab setiap keluhan masyarakat Lambitu, paslon Yandi-Ros justeru terharu melihat permintaan warga yang begitu tulus. Yandi berjanji, kelak dirinya terpilih menjadi Bupati Bima, permintaan warga Lambitu menjadi skala prioritas di tahun pertama menjabat sebagai kepala daerah.
"Insyaallah jika saya diamanatkan menjadi Bupati Bima, aspirasi masyarakat Lambitu akan menjadi prioritas," kata Yandi, dijelang akhir blusukannya di Kecamatan Lambitu, hingga disambut teriakan warga "100 persen Yandi-Ros menang".
Sementara itu, enam desa yang menjadi jadwal blusukan pada hari ini di Kecamatan Lambitu yakni Desa Kaboro, Desa Sambori, Desa Kuta, Desa Teta, Desa Londu, dan Desa Kaowa.
Editor : Edy Irawan