Dewan Pers Soroti Badai PHK di Industri Media, Informasi Berkualitas Terancam Langka

JAKARTA, iNewsBima.id - Dewan Pers menyoroti badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang melanda industri media. Fenomena ini dianggap sangat memprihatinkan.
Komisioner Bidang Hukum dan Perundang-undangan Dewan Pers Abdul Manan mengatakan fenomena ini merupakan akibat dari disrupsi digital. Kondisi juga diperparah dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
"PHK di media massa belakangan ini merupakan peristiwa yang memprihatinkan, sebagai dampak lanjutan dari disrupsi ekonomi media akibat digitalisasi. Ekonomi yang sedang melambat, termasuk perkembangan di dunia internasional, semakin memperparahnya," kata Manan saat dihubungi, Sabtu (17/5/2025).
Menurut dia, gelombang PHK di industri media pastinya menimpa profesi wartawan. Hal ini akan berdampak pada kualitas jurnalisme di Indonesia.
Sebab, kata dia, sumber daya yang tersedia bagi newsroom untuk memproduksi berita akan berkurang secara drastis. Tak sedikit berita penting yang berpotensi tidak ter-cover oleh media.
"Dampak langsungnya adalah akan lebih banyak berita penting yang mungkin tidak akan bisa di-cover media, yang itu akan mengurangi kemampuan media memberikan informasi kepada publik," ujarnya.
Kondisi ini, kata dia, akan memaksa newsroom memilih skala prioritas yang sangat ketat. Situasi ini pun membuat perusahaan media mengambil jalan pragmatis, salah satunya memprioritaskan berita berasal dari siaran pers tanpa harus diproduksi lewat reportase.
Manan menyatakan pilihan tersebut bukan opsi yang bagus buat media. Sebab jika dibiarkan, media bukan lagi sebagai pengawas publik, namun hanya perpanjangan tangan humas.
"Informasi dari PR (public relation/humas) itu sangat mungkin sudah tersedia di banyak tempat lain, dan itu akan membuat nilai beritanya jadi berkurang. Jika tak ada nilai tambah yang disajikan media, itu membuat publik juga makin tidak tertarik untuk melirik media. Dalam jangka panjang, praktik seperti ini akan menurunkan kepercayaan publik kepada media," katanya.
Dia berharap industri media menentukan skala prioritas dalam melakukan efisiensi dengan mempertahankan para jurnalis di lapangan.
"Jurnalis adalah tulang punggung media, yang kehilangannya akan membuat media diragukan akan bisa bertahan lama," kata dia.
Editor : Edy Irawan