JAKARTA, iNews.id - Salah satu pendiri Kopassus (pasukan elit TNI AD) adalah Kolonel Alex Kawilarang. Alex sempat mengikuti pendidikan sebagai perwira di Koninklijk Mmilitarei Academie (KMA) Bandung, setelah itu ia dipercaya menjadi perwira Koninklijke Nederlands Indische Leger (KNIL) pada 1942.
Sang perwira kemudian bergabung dengan TNI pada 1945 dan memiliki karir yang cukup cemerlang.
Pada 15 April 1950, Alex Kawilarang diangkat menjadi Panglima Operasi Pasukan Ekspedisi. Prajurit kelahiran 23 Februari 1920 ini ditugaskan menumpas pemberontakan dari mantan pasukan KNIL, termasuk Andi Azis di Ujungpandang atau saat ini bernama Makassar yang ingin mempertahankan negara Indonesia Timur.
Pada waktu bersamaan, Kawilarang juga mengonsolidasikan kekuatan melawan pemberontakan Kahar Muzakar dan gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS).
Meski berhasil menumpas para pemberontak tapi Kawilarang kehilangan salah satu komandan pasukannya, Kolonel Slamet Riyadi. Slamet Riyadi ini merupakan teman diskusi Kawilarang dalam rencana pembentukan pasukan elite.
Menampar Soeharto
Ketika menjabat sebagai Panglima Komando Tentara dan Teritorium VII/Indonesia Timur, Kawilarang baru saja melapor kepada Presiden Soekarno bahwa keadaan di Makassar sudah aman. Namun Soekarno menunjukkan sebuah radiogram yang baru saja diterima yang melaporkan bahwa pasukan KNIL Belanda sudah memasuki Makassar.
Pada saat mendengar radiogram tersebut Kawilarang marah besar dan kembali lagi ke Makassar. Setibanya di Lapangan Udara Mandai, Kawilarang langsung memarahi Komandan Brigade Mataram Letkol Soeharto sambil menamparnya.
"Sirkus apa-apaan nih?" ujar Kolonel Alex Kawilarang sambil menampar Letkol Soeharto. Reaksi Soeharto pada saat itu hanya bisa menahan rasa sakit sambil bersungut-sungut karena kelalaiannya dalam menjalankan tugas.
Namun dalam sebuah wawancara, Kawilarang membantah menampar Soeharto, tapi hanya menegurnya.
Menurut Kawilarang, Letkol Soeharto lah yang menampar Letnan Parman. Waktu itu Soeharto berencana menyelundupkan beberapa mobil hasil rampasan, tetapi usaha tersebut gagal karena diketahui oleh Letnan Parman yang bertanggung jawab atas keamanan pelabuhan Makassar.
Kisah penamparan Soeharto oleh Kolonel Inf (Purn) Alex Evert Kawilarang ini, diungkap dalam buku 'Suharto and His Generals: Indonesian Military Politics 1975-1983' tulisan David Jenkins (1984).
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait