JAKARTA, iNews.id - Cantik, berprestasi, pintar dan rendah hati, itulah sosok Arini Saraswati Subianto, perempuan terkaya di Indonesia.
Dalam daftar 50 orang Indonesia terkaya di Forbes, Arini menempati posisi 44 dengan harta USD975 juta atau Rp13,9 triliun (kurs Rp14.300 per USD).
Arini mengambil alih perusahaan keluarga, Persada Capital Investama, setelah sang ayah Benny Subianto meninggal dunia pada Januari 2017. Dia pun menjabat sebagai presiden direktur.
Persada memiliki portofolio saham minoritas di Adaro Energy. Sebagaimana yang diketahui, Adaro adalah salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia.
Selain memiliki saham di Adaro, Arini juga dikabarkan berinvestasi di sebuah start-up teknologi. Di balik kesuksesannya, Arini merupakan janda dengan dua anak sejak ditinggal wafat sang suami pada 2012.
Selain merupakan seorang yang super kaya, Arini juga seorang yang sangat peduli terhadap pendidikan anak-anak di Indonesia.
Ia juga mendorong para perempuan lain untuk dapat mengejar mimpinya dan menjadi seorang pemimpin yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Hal tersebut sudah Arini Subianto lakukan dan berhasil.
Kesuksesan dan kekayaan yang diperoleh oleh Arini Subianto tidak hanya didapatkannya dari peninggalan mendiang Benny Subianto, sang Ayah. Arini ternyata memang memiliki latar belakang pendidikan dalam bidang bisnis.
Perempuan yang selalu terlihat modis ini menyandang gelar Master of Business Administration (MBA) dari sebuah universitas yang tidak dapat dianggap remeh yaitu Graduate School of Business Fordham University di kota New York, Amerika Serikat.
Berkat latar belakang pendidikannya tersebut, Arini dapat menjaga stabilitas dari Persada Capital Investama atau bahkan membuatnya menjadi lebih besar dari waktu sebelum perusahaan tersebut diwariskan kepadanya.
Selain menjadi pemimpin dari berbagai perusahaan, Arini Subianto juga memiliki passion yang cukup tinggi dalam bidang seni.
Walaupun memiliki gelar Master dalam bidang administrasi bisnis, ternyata saat menjalani pendidikan strata satu, Arini mengambil konsentrasi di bidang seni.
Pada awal masa mudanya, Arini sempat menjalankan studi di Universitas Parahyangan di kota Bandung, Jawa barat. Namun, mendiang ayahnya pada saat itu menawarkan anak sulungnya untuk mendalami bidang seni dan desain dengan berkuliah di Amerika Serikat.
Pada akhirnya, Arini muda saat itu menyetujui saran ayahnya dan kemudian menjadi murid di Parsons The New School of Design hingga gelar strata satu-nya ia dapatkan. Kecintaan Arini terhadap dunia seni dan desain terlihat dari gaya berpakaiannya yang modis, dan elegan.
Merasa bahwa dirinya juga harus berkontribusi dalam dunia seni, Arini bersama seorang kolganya, Winfred Hutabarat, mendirikan sebuah toko buku yang mungkin Anda semua sudah tidak asing, Toko Buku Aksara.
Toko Buku Aksara ini sendiri tidak hanya menjual buku saja namun juga beragai pernak - pernik untuk hadiah dan CD - CD musik.
Walau sekarang berstatus sebagai seorang wanita single dengan dua anak, Arini Subianto sebelumnya adalah istri dari Andre Mamuaya. Lakii-laki tersebut merupakan seorang Director of Corporate Affair dari perusahaan yang bernama PT. Adaro Energy.
Perusahaan tersebut merupakan perusahaan produsen batu bara yang besar. Dari seluruh perusahaan batu bara yang ada di dunia, PT. Adaro Energy adalah perusahaan produsen batubara terbesar ke-empat. Selain itu, Andre juga memiliki sebuah klub basket Garuda Bandung.
Nasib memang tidak dapat ditebak, pada tahun 2012 lalu, Andre meninggal karena sebuah kecelakaan lalu lintas di jalan Sudirman, Jakarta. Andre akhirnya wafat pada usia 42 tahun meninggalkan Arini, istrinya, dan dua orang anak laki-laki bernama Azarian Rafi Mamuaya dan Azel Rasyid Mamuaya.
Karena rasa cintanya yang begitu besar kepada mendiang suaminya, Arini Subianto mengatakan bahwa ia sekarang sangat menyukai olahraga bola basket. Selain dia memang benar-benar menyukai olahraga tersebut, bola basket dapat mengembalikan sedikit kenangannya bersama Andre Mamuaya yang juga menggemari olahraga tersebut.
Editor : Sazili Mustofa
Artikel Terkait