BIMA, iNews.id - Kelangkaan minyak goreng saat ini terjadi secara nasional. Hal ini berimbas pada sejumlah pedagang tahu, tempe serta penjual gorengan nyaris gulung tikar. Dengan kondisi mencekik seperti ini, langkah Pemerintah untuk melakukan operasi pasar sangat diharapkan.
Di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) setempat, diketahui sama sekali belum bergerak guna melakukan upaya dalam membantu kebutuhan masyarakat saat ini.
Sementara dikabarkan, bahwa isu dugaan kejahatan penimbunan minyak goreng oleh pelaku usaha banyak terjadi. Seperti diutarakan oleh sejumlah pedagang kios di Pasar Tradisional Amahami, Kota Bima.
Diakuinya, para pegadang kios ditempat tersebut terpaksa menjual minyak goreng dengan harga tinggi. Sebab dari pedagang eceran sendiri harganya sudah meroket.
"Kami menjual minyak goreng ini dengan harga Rp 26.000 per liter, sebab dari pegadang eceran sendiri kami ambil dengan harga bervariasi dari Rp 20.000 sampai Rp 21.000 per liternya," kata salah seorang pedagang kios di pasar amahami, Anwar, saat ditanyai oleh media iNewsBima.id pada Jumat (04/3/2022).
Dijelaskannya, bahwa harga Rp 26.000 yang dimaksud merupakan harga minyak goreng yang bermerek. Akan tetapi tak jauh beda dengan harga minyak goreng hasil produksi lokal yang tak bermerek dengan berkisar harga sekitar Rp 18.500.
Diketahuinya pula, banyak dugaan penimbunan minyak goreng oleh pelaku pegadang eceran setelah mengambil murah harga minyak goreng pada distributor. Hal itu diduga pula untuk meraih keuntungan dengan melakukan penimbunan disaat kondisi tidak stabil.
Hal tersebut diakui juga oleh pegadang kios lainnya di Pasar Amahami. Kelangkaan minyak goreng saat ini kerap dimanfaatkan para pelaku usaha yang menjual minyak goreng eceran.
"Jika mereka (pedagang eceran) menjualnya dengan harga tinggi, tentu kami menjualnya diatas itu. Sebagai pelaku usaha kecil, kami juga tak mau rugi dengan kondisi seperti ini," kata Fatimah, seorang pegadang kios di kompleks pasar amahami.
Sementara itu, salah satu Distributor minyak goreng di Kota Bima dan Kabupaten Bima, Direktur CV Airav Putra, Airav Margiano menegaskan, meski terjadi kelangkaan minyak goreng, namun harga dari distributor tetap stabil.
"Harga dari distributor tetap stabil yakni hanya 14 ribu saja. Jadi kami tetap menyuplai ke semua pegadang eceran dengan harga segitu," tegas Airav.
Diakuinya juga, dengan kondisi kelangkaan secara nasional saat ini, tingkat suplainya agak kurang disebabkan pengiriman minyak goreng dari perusahaan ke distributor begitu sulit.
"Permintaan pemesanan ke pabrik di Surabaya sudah kami lakukan. Hanya saja, barangnya yang belum datang," ungkapnya.
Editor : Edy Irawan
Artikel Terkait