Sementara itu, berdasarkan pantauan pula, ditengah anjloknya harga jagung saat ini, banyak pihak yang mengira ada mafia dibalik itu semua.
Jeritan petani bahkan tak ada yang mendengarnya. Hal demikianlah yang membuat petani jagung murka hingga kerap berujung aksi demonstrasi dan blokade jalan di berbagai tempat.
Aksi blokade jalan disaat keterpurukan melanda kaum petani, tak lain menuntut Pemerintah menaikan kembali harga komoditi jagung dan bahkan meminta pemerintah agar tidak melindungi para mafia.
Salah satu dugaan mafia yang berbisnis mencari untung besar tak lain yakni oknum pengepul atau tengkulak.
"Oknum pengepul dan tengkulak salah faktor yang memainkan harga jagung. Branding yang dimainkan tak lain dengan harga terbawah, sedangkan harga tertinggi adalah Rp 4.400 perkilogram dengan kadar air (KA) 15 porsen tak diekspos," ungkap salah seorang sumber yang meminta namanya dirahasiakan.
Menurutnya, jika berdasarkan harga terupdate, selisih harga batas bawah dan batas atas lumayan jauh. Jika selisih batas atas diterapkan pada petani, mungkin tidak terlalu merugikan petani jagung.
"Namun semua harga jagung tentu berdasarkan kadar air. Jika saja petani langsung menjual hasil jagungnya di pabrik atau membawa langsungnya ke gudang, mungkin tak serendah yang diambil oleh para mafia yang bekerja di lapangan," tuturnya.
Editor : Edy Irawan