"Hasil kami menunjukkan bahwa peristiwa geologis global umumnya berkorelasi. Tampaknya datang dalam denyut nadi dengan siklus sekitar 27,5 juta tahun yang mendasarinya," katanya.
Ahli geologi telah menyelidiki siklus potensial dalam peristiwa geologi untuk waktu yang lama. Kembali pada tahun 1920-an dan 30-an.
Para ilmuwan pada zaman itu telah menyarankan bahwa catatan geologis memiliki siklus 30 juta tahun. Sementara pada tahun 1980-an dan 90-an para peneliti menggunakan tanggal terbaik peristiwa geologis pada saat itu untuk memberi mereka kisaran panjang antara 'pulsa' 26,2 hingga 30,6 juta tahun.
Sebuah studi yang diterbitkan pada akhir 2020 oleh penulis yang sama menyarankan bahwa tanda 27,5 juta tahun ini adalah saat kepunahan massal terjadi.
Ahli geologi tektonik dari University of Adelaide, Alan Collins menjelaskan bahwa dalam studi terbaru ini, banyak peristiwa yang dilihat tim adalah kausal, artinya yang satu secara langsung menyebabkan yang lain.
Tetapi jika Bumi benar-benar memiliki 'detak jantung' geologis, itu mungkin karena ada sesuatu yang menggerakannya di dalam Bumi.
"Denyut siklus tektonik dan perubahan iklim ini mungkin merupakan hasil dari proses geofisika yang terkait dengan dinamika lempeng tektonik dan lapisan mantel bumi," katanya.
Bisa juga, denyut tektonik itu disebabkan oleh siklus astronomi yang terkait dengan gerakan Bumi di Tata Surya dan Galaksi.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait